RAHASIA DOA YANG SERING DIBACA SYEIKH ABDURROZAQ hafizhahullah DALAM SETIAP CERAMAH

Posted by Tri Rahmanto Senin, 22 April 2013 1 komentar
 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ, أَمَّا بَعْدُ:

Saudaraku seiman…
Bagi yang memperhatikan ceramah-ceramah yang disampaikan oleh Syeikh Prof. DR. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr hafizhahullah, senantiasa akan mendengar baik di awal atau di akhir ceramah, beliau menyebutkan doa-doa dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan diantara doa yang beliau sebutkan adalah:

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِى دِينِىَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِى وَأَصْلِحْ لِى دُنْيَاىَ الَّتِى فِيهَا مَعَاشِى وَأَصْلِحْ لِى آخِرَتِى الَّتِى فِيهَا مَعَادِى وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِى فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِى مِنْ كُلِّ شَرٍّ

Artinya: “Wahai Allah, perbaikilah agamaku yang ia adalah penjaga perkaraku dan perbaikilah untukku duniaku yang di dalamnya kehidupanku dan perbaikilah akhiratku yang di dalamnya tempat kembaliku dan jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan untukku di dalam setiap kebaikan dan jadikanlah kematian ini sebagai istirahat untukku dari setiap keburukan.” HR. Muslim.

Berkata Ath Thibi menjelaskan hadits ini:

إصلاح المعاد اللطف والتوفيق على طاعة الله وعبادته وطلب الراحة بالموت فجمع في هذه الثلاثة صلاح الدنيا والدين والمعاد وهي أصول مكارم الأخلاق

“Di dalam hadits ini terdapat; perbaikan akhirat, kelembutan dan petunjuk untuk taat dan ibadah kepada Allah dan meminta kenyamanan dengan kematian, maka terkumpullah di dalam tiga perkara ini, kebaikan dunia, agama dan akhirat dan ia adalah pokok dasar dari akhlak yang mulia.” Lihat kitab At Taisir Bi Syarh Al Jami’ Ash Shaghir, karya Al Munawi, 1/441.
Berkata Ash Shan’ani menjelaskan hadits ini:
تضمن الدعاء بخير الدارين

“Doa ini mengandung kebaikan dua kampung(;dunia dan akhirat).” Lihat kitab Subul As Salam, 4/223.

Dan Doa yang sering beliau baca juga adalah, doa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang berbunyi:

اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلاَ تَكِلْنِى إِلَى نَفْسِى طَرْفَةَ عَيْنٍ وَأَصْلِحْ لِى شَأْنِى كُلَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ

“Wahai Allah, dengan rahmat-Mu aku berharap , janganlah sandarkan diriku kepadaku walau sekejap matapun dan perbaikilah keadaanku seluruhnya, sungguh tiada sembahan yang berhak disembah kecuali Engkau.” HR. Abu Daud dan Ahmad.

Berkata Al Munawi menjelaskan hadits ini:

(دعوات المكروب) أي المغموم المحزون أي الدعوات النافعة له المزيلة لكربه والكرب بفتح فسكون ما يدهم المرء مما يأخذ بنفسه ويغمه ويحزنه (اللهم رحمتك أرجو فلا تكلني إلى نفسي طرفة عين وأصلح لي شأني كله لا إله إلا أنت) ختمه بهذه الكلمات الحضورية الشهودية إشارة إلى أن الدعاء إنما ينفع المكروب ويزيل كربه إذا كان مع حضور وشهود ومن شهد لله بالتوحيد والجلال مع جمع الهمة وحضور البال فهو حري بزوال الكرب في الدنيا والرحمة ورفع الدرجات في العقبى

“Maksud dari “Da’awatul Makrub” adalah doanya seorang yang resah dan sedih yaitu doa-doa yang bermanfaaat untuknya menghilangkan kesulitan yang menyulitkan dirinya, meresahkan dan menyedihkannya.

Maksud dari “اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلاَ تَكِلْنِى إِلَى نَفْسِى طَرْفَةَ عَيْنٍ وَأَصْلِحْ لِى شَأْنِى كُلَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ”adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengakhiri doa ini dengan kalimat-kalimat yang hadir dan dalam bentuk menyaksikan (yaitu dengan redaksi perkataan yang seakan berbicara langsung kepada Allah), hal ini adalah menunjukkan bahwa doa hanya akan bermanfaat untuk seorang yang dalam kesulitan dan akan menghilangkan kesulitannya, jika bersamaan dengan sikap hadir dan kesaksian, barangsiapa yang bersyahadat untuk Allah dengan mentauhidkan dan mengagungkan-Nya yang disertai dengan terkumpulnya tekad dan hadirnya hati, maka diharapkan dengan sangat lenyapnya kesulitan di dunia serta mendapatkan rahmat dan pengangkatan derajat di akhirat.” Lihat kitab Faidh Al Qadir, 3/702.

Sungguh pemilihan doa yang jitu, karena di dalam dua doa ini terdapat:
  1. Meminta kebaikan dalam beragama karena jika beragama baik maka akan berpengaruh kepada kebaikan dalam perkara dunia dan jika perkara beragama dan dunia baik maka dengan rahmat Allah akan mendapat kehidupan akhirat yang baik.
  2. Meminta kebaikan dunia akhirat yang setiap makhluk sangat menginginkannya
  3. Meminta dijauhkan dari setiap resah, gundah, galau, sedih karena manusia hidupnya tidak lepas dari resiko, bahaya dan ujian.
Jazakumullah khairan wahai Syeikh Abdurrazzaq wa hafizhakum, telah mengajarkan sunnah kepada kami umat Islam dengan tingkah lakumu bukan hanya dengan perkataanmu.

Ditulis oleh Ahmad Zainuddin
www.dakwahsunnah.com

Baca Selengkapnya ....

Mahalnya Hidayah...!!!!

Posted by Tri Rahmanto Minggu, 10 Maret 2013 3 komentar

Setiap orang pasti mendambakan kebahagiaan bagi dirinya dan orang lain, sebab sudah menjadi tabiat manusia bahwa ia senang jika melihat orang lain berbahagia seperti dirinya. 


Namun perlu diketahui bahwa persoalan hidayah bukanlah perkara mudah bagi setiap orang. 
Persoalan hidayah hanya ada di tangan Allah -Azza wa Jalla-. Dia-lah yang menentukan siapa diantara hamba-hamba-Nya yang berhak mendapatkannya. 


Tak ada seorang makhluk pun yang berhak menentukan bahwa si fulan dan fulan yang mendapatkan hidayah.


Seorang hamba hanyalah dibebani oleh Allah untuk berusaha memberikan petunjuk tentang jalan-jalan hidayah. Adapun seorang diberi hidayah untuk mengamalkan dan melakukan jalan-jalan tersebut, maka bukanlah urusan hamba si pemberi nasihat. 


Tapi semuanya kembali kepada Allah -Azza wa Jalla-. Bahkan diri seorang hamba, ia tak mampu beri hidayah, kecuali Allah yang menunjukinya dan memberinya taufiq untuk menapaki jalan-jalan hidayah.


Saudaraku, hidayah bagaikan permata –bahkan lebih dari itu-, sulit untuk didapatkan, kecuali bagi orang-orang yang Allah rahmati. Lantaran itu, para nabi saja tak mampu memberi hidayah kepada keluarga mereka.


Lihat saja Nabi Nuh -alaihish sholatu was salam- tak mampu memberikan hidayah kepada anak dan istrinya.


Allah -Azza wa Jalla- berfirman,


“Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan Sesungguhnya janji Engkau Itulah yang benar. dan Engkau adalah hakim yang seadil-adilnya.” 


Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan). Sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. 


Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.” Nuh berkata: Ya Tuhanku, Sesungguhnya Aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang Aku tiada mengetahui (hakekat)nya. dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Huud : 45-47)


Perhatikanlah, Nabi Nuh -Shallallahu alaihi wa sallam- telah lama mendakwahi kaumnya, dan keluarganya. Bahkan anak dan istrinya termasuk orang-orang merugi, karena tak mengikuti jalan hidayah yang Nuh ajarkan kepada mereka. Mereka lebih memilih jalan kekafiran. Na’udzu billah min dzalik
.


Inilah yang Allah jelaskan dalam firman-Nya,


Nuh berkata: “Ya Tuhanku Sesungguhnya Aku Telah menyeru kaumku malam dan siang,


Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan Sesungguhnya setiap kali Aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. 


Kemudian Sesungguhnya Aku Telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya Aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam”. (QS. Nuuh : 5-9)


Dakwah ini dilakukan setelah da’wah dengan cara diam-diam tidak berhasil. Sesudah melakukan da’wah secara diam-diam, kemudian secara terang-terangan namun tidak juga berhasil. Maka nabi Nuh -alaihish sholatu was salam- melakukan kedua cara itu dengan sekaligus. Tapi juga tak berhasil memberikan hidayah kepada kaumnya. Ini menunjukkan mahalnya hidayah.


Nasib yang serupa juga menimpa istri Nabi Luth -alaihish sholatu was salam-. Beliau hidup serumah dengan istrinya, bergaul, dan berjumpa. Akan tetapi hidayah itu tak menembus relung hatinya. Hidayah itu hanya masuk telinga kanan, lalu keluar dari telinga kiri!!


Allah -Ta’ala- berfirman,


“Kemudian kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan kami turunkan kepada mereka hujan (batu); Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu”. (QS. Al-A’raaf : 83-84)


Istrinya dibinasakan, karena ia enggan mengikuti jalan hidayah yang ditawarkan oleh suaminya kepadanya. Alangkah sialnya seorang wanita yang berada di dalam rumah ilmu dan kenabian, dibacakan ayat-ayat dan nasihat kepadanya, tapi ia masih tetap enggan dan durhaka kepada suaminya.


Allah -Ta’ala- berfirman,


“Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), Maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk (Jahannam)”. (QS. At-Tahrim : 10)


Al-Imam Abul Fida’ Ibnu Katsir -rahimahullah- berkata, “Maksudnya, (perumpamaan) tentang bergaulnya dan hidupnya mereka di tengah kaum muslimin, hal itu tidak membuahkan hasil bagi mereka, dan tidak pula memberi manfaat kepada mereka sedikitpun di sisi Allah, jika iman tak ada dalam hati”. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (8/171)]


Hidayah untuk beriman, mengamalkan sunnah, dan meninggalkan syirik, bid'ah, maksiat adalah perkara khusus, hanya ada di tangan Allah. Jadi, tak ada diantara hamba Allah yang mampu menentukan orang lain mendapatkan hidayah sampai Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- saja tak mampu memberi hidayah kepada paman beliau yang telah banyak membela dan menolong dakwah beliau.


Allah -Ta’ala- menurunkan ayat tentang Abu Tholib seraya berfirman kepada Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-,


“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (QS. Al-Qoshosh : 56)“. [HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab At-Tafsir (3/273), dan Muslim dalam Kitab Al-Iman (1/54)]


Al-Imam Abu Zakariyya An-Nawawiy -rahimahullah- berkata, “Para ahli tafsir sepakat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abu Tholib. Demikianlah kesepakatan mereka tentang hal itu telah dinukil oleh Az-Zajjaj dan yang lainnya. Ayat ini umum, karena tak ada yang dapat memberi hidayah, dan tidak pula menyesatkan orang lain, kecuali Allah -Ta’ala-”. [Lihat Syarah Shohih Muslim (1/97)]


Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’diy -rahimahullah- berkata setelah membawakan ayat-ayat dan hadits di atas, “Demikian itu karena apabila beliau -Shallallahu alaihi wa sallam- saja yang merupakan makhluk utama secara mutlak dan paling agung kedudukannya di sisi Allah, serta paling dekat amalannya; beliau saja tak mampu memberi hidayah kepada orang-orang yang beliau cintai berupa hidayah taufiq.


Hidayah itu semuanya hanyalah ada di tangan Allah. Dia-lah yang bersendirian dalam memberi hidayah kepada hati sebagaimana halnya Dia bersendirian dalam menciptakan makhluk. Karenanya, tampaklah bahwa Dia adalah sembahan yang haq”. [Lihat Al-Qoul As-Sadid (hal. 79)]


Syaikh Al-Utsaimin -rahimahullah- berkata usai menjelaskan hal ini, “Jika permasalahannya demikian, maka bagaimanakah pandangan kalian tentang selain beliau (Nabi -Shollallahu alaihi wa sallam-)? 


Maka tak ada campur tangan dalam urusan makhluk bagi siapa saja, seperti arca-arca, berhala-berhala, para wali, dan para nabi. Urusan makhluk semuanya kembali kepada Allah”. [Lihat Al-Qoul Al-Mufid (1/290) karya Al-Utsaimin]


Jadi, Nabi -Shollallahu alaihi wa sallam- tak punya campur tangan dalam urusan makhluk, seperti memberi hidayah, menyelamatkan manusia dari siksa neraka, atau memasukkan mereka ke dalam surga. Semua ini adalah urusan Allah.


Olehnya, Nabi -Shollallahu alaihi wa sallam- pernah mendakwahi kerabatnya dan mengabarkan kepada mereka bahwa beliau tak mampu menolong dan menyelamatkan mereka di hari kiamat, jika mereka berbuat syirik, bid'ah dan maksiat.


Hendaknya seorang muslim selalu memohon hidayah taufiq agar ia senantiasa dibimbing oleh Allah menuju jalan-jalan hidayah yang mengantarkan ke surga-Nya. Lantaran itu, Rasulullah -Shollallahu alaihi wa sallam- mengajarkan kita doa yang masyhur:


“Wahai Yang Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu”. [HR. At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (3517). Di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (2091)]
 Hendaknya seorang muslim selalu memohon hidayah taufiq agar ia senantiasa dibimbing oleh Allah menuju jalan-jalan hidayah yang mengantarkan ke surga-Nya. Lantaran itu, Rasulullah -Shollallahu alaihi wa sallam- mengajarkan kita doa yang masyhur:


“Wahai Yang Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu”. Hidayah atau petunjuk adalah perkara yang dibutuhkan oleh setiap orang. Karena demikian pentingnya hal ini, sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita untuk meminta petunjuk kepada Allah minimal 17 kali dalam sehari semalam di setiap raka’at shalat yang kita kerjakan.


Yaitu dengan doa yang terdapat dalam surat al-Fatihah,


“Ya Allah tunjukilah kami jalan yang lurus.” (QS. Al-Fatihah [1]: 6) Nabi -Shollallahu alaihi wa sallam- pernah mendakwahi kerabatnya dan mengabarkan kepada mereka bahwa beliau tak mampu menolong dan menyelamatkan mereka di hari kiamat, jika mereka berbuat syirik, bid'ah dan maksiat. Setiap hamba senantiasa membutuhkan hidayah dalam setiap waktu dan tarikan nafas, dalam segala urusan yang dia lakukan atau pun dia tinggalkan, karena sesungguhnya dia berada di antara berbagai keadaan yang dia pasti diliputi olehnya:
Pertama, hal-hal yang telah dia lakukan akan tetapi tidak mengikuti petunjuk akibat kebodohannya, maka dalam keadaan ini dia butuh untuk mencari hidayah kepada kebenaran dalam hal itu.


Kedua, dia sudah mengetahui hidayah dalam masalah itu, akan tetapi dia sengaja melanggarnya, maka dalam keadaan ini dia butuh untuk bertaubat dari kesalahannya.
Ketiga, hal-hal yang memang tidak diketahuinya baik ilmu maupun amalan yang benar padanya, sehingga dia pun kehilangan hidayah untuk mengilmui sekaligus mengamalkannya.


Keempat, hal-hal yang memang dia telah memperoleh sebagian hidayah dalam urusan itu akan tetapi belum sempurna, maka dia butuh untuk mendapatkan hidayah yang sempurna padanya.


Kelima, hal-hal yang dia telah mendapatkan hidayah terhadap pokok kebenaran dalam hal itu secara global saja, maka dia pun masih membutuhkan hidayah terhadap rincian-rinciannya.


Keenam, dia telah mendapatkan hidayah ‘menuju’ jalan yang lurus itu, maka dia pun masih membutuhkan hidayah untuk bisa berjalan ‘di atasnya’. Karena hidayah ‘menuju’ jalan itu lain, sedangkan hidayah ‘di atas’ jalan itu sesuatu yang lain lagi.



Bukankah anda bisa melihat bahwasanya seseorang bisa jadi telah mengetahui bahwa jalan menuju negeri anu adalah jalan ini dan itu. Meskipun demikian dia tidak sanggup untuk menempuhnya. Karena untuk bisa menempuh jalan itu masih memerlukan hidayah yang lebih khusus lagi untuk bisa berjalan di atasnya.


Seperti misalnya dengan melakukan perjalanan di waktu ini bukan di waktu yang itu, kemudian mengambil air di jarak sekian dengan jumlah sekian, lalu singgah di tempat ini bukan di tempat yang itu.


Inilah hidayah yang dibutuhkan untuk bisa menempuh jalan itu yang terkadang diabaikan oleh orang yang sudah mengetahui jalan tersebut, sehingga dia pun gagal dan tidak berhasil mencapai tujuan. 
Ketujuh, dia juga membutuhkan hidayah untuk hal-hal yang terkait dengan masa depannya sebagaimana yang dia dapatkan pada waktu yang telah berlalu.


Kedelapan, perkara-perkara yang dia tidak bisa meyakini apa yang benar dan batil dalam hal itu, oleh sebab itu dia masih membutuhkan hidayah kepada keyakinan yang benar di dalamnya.


Kesembilan, perkara-perkara yang telah diyakini olehnya bahwa dia berada di atas petunjuk akan tetapi sebenarnya dia berada di atas kesesatan dalam keadaan tidak menyadarinya.
Dengan demikian dia membutuhkan hidayah dari Allah untuk bisa meninggalkan keyakinan tersebut.
Sebagaimana dalam doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Tirmidzi
“Ya Allah, hiasilah kami dengan perhiasan iman, dan jadikanlah kami orang yang memberikan hidayah dan terus diberi hidayah, tidak sesat dan tidak pula menyesatkan. Dengan cinta-Mu Kami mencintai orang yang mencintai-Mu. Dengan permusuhan-Mu kami akan memusuhi siapa saja yang menentang-Mu.” Mengenai hal ini, perlu kita ketahui, hidayah atau petunjuk hanyalah milik Allah, bagaimana pun upaya kita untuk merubah seseorang, bagaimana pun kerja keras kita untuk menyadarkan seseorang, maka itu tidak ada artinya jika Allah tidak menghendaki hidayah kepadanya, orang tersebut tidak akan berubah sampai Allah memberikannya hidayah.



Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56)... 



Di antara sebab-sebab seseorang mendapatkan hidayah adalah:

1. Bertauhid

Seseorang yang menginginkan hidayah Allah, maka ia harus terhindar dari kesyirikan, karena Allah tidaklah memberi hidayah kepada orang yang berbuat syirik.

Allah berfirman yang artinya “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kesyirikan, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-an’am:82).

2. Taubat kepada Allah

Allah tidak akan memberi hidayah kepada orang yang tidak bertaubat dari kemaksiatan, bagaimana mungkin Allah memberi hidayah kepada seseorang sedangkan ia tidak bertaubat?

Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya”.

3. Belajar Agama

Tanpa ilmu (agama), seseorang tidak mungkin akan mendapatkan hidayah Allah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya “Jika Allah menginginkan kebaikan (petunjuk) kepada seorang hamba, maka Allah akan memahamkannya agama” (HR Bukhori)

4. Mengerjakan apa yang diperintahkan dan menjauhi hal yang dilarang.

Bid'ah adalah sebab seseorang dijauhkan dari hidayah.

Allah berfirman yang artinya “Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” (An-nisa: 66-68).

5. Membaca Al-qur’an, memahaminya mentadaburinya dan mengamalkannya.

Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus” (QS. Al-Isra:9)

6. Berpegang teguh kepada agama Allah

Allah berfirman yang artinya “Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali-Imron:101).

7. Mengerjakan sholat.

Di antara penyebab yang paling besar seseorang mendapatkan hidayah Allah adalah orang yang senantiasa menjaga sholatnya, Allah berfirman pada surat al-baqoroh yang artinya “Aliif laam miim, Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya dan merupakan petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”

Siapa mereka itu, dilanjutkan pada ayat setelahnya “yaitu mereka yang beriman kepada hal yang ghoib, mendirikan sholat dan menafkahkah sebagian rizki yang diberikan kepadanya” (QS. Al-baqoroh:3).

8. Berkumpul dengan orang-orang sholeh

Allah berfirman yang artinya “Katakanlah: “Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan kembali ke belakang,

sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan):

“Marilah ikuti kami.” Katakanlah:”Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am:72).

Ibnu katsir menafsiri ayat ini,

“Ayat ini adalah permisalan yang Allah berikan kepada teman yang sholeh yang menyeru kepada hidayah Allah dan teman yang jelek yang menyeru kepada kesesatan, barangsiapa yang mengikuti hidayah, maka ia bersama teman-teman yang sholeh, dan barang siapa yang mengikuti kesesatan, maka ia bersama teman-teman yang jelek. “

Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah kepada kita dan orang-orang yang ada disekeliling kita, aamiin. Washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in.

Copas dari Facebook Islam Tegas. Jazzakallahu khair


Baca Selengkapnya ....

KONGLOMERAT MUSLIM YANG MEMBUAT MUADZIN MALU

Posted by Tri Rahmanto Minggu, 03 Maret 2013 39 komentar
Jika kita bercita-cita jadi konglomerat (he2) maka bisa menjadikan Sulaiman Ar-Rajhi ini sebagai model. Beberapa hal penting yang kami ketahui tentang beliau adalah:

1.Majalah Forbes menyebutkan kakayaannya 7,7 milyar Dollar dan orang terkaya no 120 di dunia, tetapi beliau tetap tampil dengan sederhana, berpakaian jubah putih bersih yang jauh dari kesan glamour dan berlebihan.

2.Beliau memulai usaha dari Nol, kehidupan masa kecilnya sangat susah hingga pernah bekerja jadi kuli panggul dan menjual kayu bakar di masa kanak-kanaknya. Tetapi dengan ketekunan, hemat dan kerja keras serta tawakkalnya kepada Allah hingga akhirnya beliau dan saudaranya memiliki “Kerajaan Bisnis Raksasa” di KSA dan salah satunya adalah Bank Ar-Rajhi; Bank syariah terbesar di Dunia yang ATM nya tersebar menjamur dan cabangnya terdapat nyaris di semua distrik KSA.

3.Sangat-sangat dermawan, memiliki Yayasan Amal “raksasa” yang menyalurkan donasinya ke berbagai Negara –sebelum dilarang pasca 11 septmber 2002- sulit menghitung waqaf beliau dan jumlah masjid yang telah dibangunnya, serta donasinya untuk berbagai amal dakwah dan penyebaran ilmu.

4.Tidak meletakkan kekayaan di hatinya, Bahkan di masa tuanya kini beliau telah membagi sekitar 6,7 trilyun hartanya kepada ahli waris dan kerabatnya serta fakir miskin hingga diibaratkan hanya memilih “pakaian yang melekat di badan” dan asset bisnis yang dikelola para professional yang hasilnya untuk amal social dakwah Islam. Lahir tanpa membawa apa-apa dan siap tidak tergantung pada harta sebelum meninggal.

5.Dari tetangga dan orang yang tinggal di lingkungannya disampaikan bahwa konglomerat kelas kakap ini selalu termasuk orang-orang yang datang paling awal ke masjid untuk sholat 5 waktu berjamaah, sehingga jika muadzin masjid telat sedikit maka sang konglomeratlah yang adzan. Bandingkan dengan konglomerat lainnya !!

6.Diantara masjid yang dibangunnya adalah Masjid Ar-Rajhi di distrik Rabwah, masjid ini terbesar ketiga setelah Masjidil Haram Mekah dan Madinah. Bisa menampung 18 ribu jamaah sholat, terdapat berbagai sarana pelayanan masyarakat seperti pusat pemandian dan pengurusan jenazah terbesar di Riyadh, Auditorium untuk seminar dan ceramah agama, perpustakaan berisi 40 ribu jenis buku (bukan judul ya..), tempat tinggal bagi para penuntut ilmu yang datang dari luar kota untuk mengikuti berbagai kajian Islam, menyediakan air zamzam sebagai minuman jamaah dengan kuota 400 galon perminggu, dsb. Dan saat sholat jum’at di lantai dasar dikhususkan untuk sholat jum’at orang asing dimana khutbah langsung diterjemahkan ke berbagai bahasa ; termasuk bahasa isyarat untuk jamaah yang tuna rungu dan tentu saja… bahasa Indonesia..

Semoga Allah Ta’ala merahmati beliau, menerima amalnya, mengampuni kesalahan dan dosanya dan kita semua

Sumber: Facebook Anwar Hamzah

www.kisahislam.net


= KONGLOMERAT MUSLIM YANG MEMBUAT MUADZIN MALU =

Jika kita bercita-cita jadi konglomerat (he2) maka bisa menjadikan Sulaiman Ar-Rajhi ini sebagai model. Beberapa hal penting yang kami ketahui tentang beliau adalah:

1.Majalah Forbes menyebutkan kakayaannya 7,7 milyar Dollar dan orang terkaya no 120 di dunia, tetapi beliau tetap tampil dengan sederhana, berpakaian jubah putih bersih yang jauh dari kesan glamour dan berlebihan.

2.Beliau memulai usaha dari Nol, kehidupan masa kecilnya sangat susah hingga pernah bekerja jadi kuli panggul dan menjual kayu bakar di masa kanak-kanaknya. Tetapi dengan ketekunan, hemat dan kerja keras serta tawakkalnya kepada Allah hingga akhirnya beliau dan saudaranya memiliki “Kerajaan Bisnis Raksasa” di KSA dan salah satunya adalah Bank Ar-Rajhi; Bank syariah terbesar di Dunia yang ATM nya tersebar menjamur dan cabangnya terdapat nyaris di semua distrik KSA.

3.Sangat-sangat dermawan, memiliki Yayasan Amal “raksasa” yang menyalurkan donasinya ke berbagai Negara –sebelum dilarang pasca 11 septmber 2002- sulit menghitung waqaf beliau dan jumlah masjid yang telah dibangunnya, serta donasinya untuk berbagai amal dakwah dan penyebaran ilmu.

4.Tidak meletakkan kekayaan di hatinya, Bahkan di masa tuanya kini beliau telah membagi sekitar 6,7 trilyun hartanya kepada ahli waris dan kerabatnya serta fakir miskin hingga diibaratkan hanya memilih “pakaian yang melekat di badan” dan asset bisnis yang dikelola para professional yang hasilnya untuk amal social dakwah Islam. Lahir tanpa membawa apa-apa dan siap tidak tergantung pada harta sebelum meninggal.

5.Dari tetangga dan orang yang tinggal di lingkungannya disampaikan bahwa konglomerat kelas kakap ini selalu termasuk orang-orang yang datang paling awal ke masjid untuk sholat 5 waktu berjamaah, sehingga jika muadzin masjid telat sedikit maka sang konglomeratlah yang adzan. Bandingkan dengan konglomerat lainnya !!

6.Diantara masjid yang dibangunnya adalah Masjid Ar-Rajhi di distrik Rabwah, masjid ini terbesar ketiga setelah Masjidil Haram Mekah dan Madinah. Bisa menampung 18 ribu jamaah sholat, terdapat berbagai sarana pelayanan masyarakat seperti pusat pemandian dan pengurusan jenazah terbesar di Riyadh, Auditorium untuk seminar dan ceramah agama, perpustakaan berisi 40 ribu jenis buku (bukan judul ya..), tempat tinggal bagi para penuntut ilmu yang datang dari luar kota untuk mengikuti berbagai kajian Islam, menyediakan air zamzam sebagai minuman jamaah dengan kuota 400 galon perminggu, dsb. Dan saat sholat jum’at di lantai dasar dikhususkan untuk sholat jum’at orang asing dimana khutbah langsung diterjemahkan ke berbagai bahasa ; termasuk bahasa isyarat untuk jamaah yang tuna rungu dan tentu saja… bahasa Indonesia..

Semoga Allah Ta’ala merahmati beliau, menerima amalnya, mengampuni kesalahan dan dosanya dan kita semua

Sumber: Facebook Anwar Hamzah

www.kisahislam.net

Facebook Fans Page: @[173123666064152:274:Kisah Teladan & Sejarah Islam]

=

Baca Selengkapnya ....

PELAJARAN KEHIDUPAN

Posted by Tri Rahmanto Selasa, 26 Februari 2013 1 komentar
Oleh: Abdullah Saleh Hadrami

SAYA BELAJAR, bahwa kehidupan ini bermakna dan masing-masing orang akan mendapatkan balasan setimpal dengan perbuatannya..

SAYA BELAJAR, bahwa sebaik-baik hidup adalah hidup di bawah naungan Al-Qur'an dengan aqidah yang benar dan tauhid yang lurus..

SAYA BELAJAR, bahwa ilmu tidak akan bermanfaat kecuali apabila dibarengi pengamalan, dan pengamalan tiada arti tanpa disertai keikhlasan..

SAYA BELAJAR, bahwa kedzaliman adalah kegelapan dan setiap orang dzalim pasti menyesal merasakan akibat perbuatannya..

SAYA BELAJAR, bahwa dalam hidup ini saya harus selalu optimis dengan mengharap pertolonganNya dan tidak akan pernah putus asa dari rahmatNya..

SAYA BELAJAR, bahwa tidak ada yang sulit bagi orang yang bertakwa karena Allah selalu memberi jalan keluar kepadanya dan memudahkan semua yang sulit..

SAYA BELAJAR, bahwa saya harus melihat orang yang di bawah saya dalam urusan duniawi agar saya selalu mensyukuri nikmatNya ..

SAYA BELAJAR, bahwa kehidupan ini adalah ringan, mudah dan sederhana bagi orang yang mengetahui kebenaran..

SAYA BELAJAR, bahwa saya tidak pernah meremehkan apapun walau tampak kecil, remeh dan sederhana..

SAYA BELAJAR, bahwa saya harus berprasangka baik kepada orang mukmin terutama orang-orang yang saya cintai dan bahwa orang yang berprasangka buruk kepada orang mukmin adalah dikarenakan keburukan itu ada pada dirinya lalu dia menyangka orang lain seperti itu..

SAYA BELAJAR, bahwa orang yang paling berharga bagi saya adalah orang yang mau berterus terang menegur dan mengingatkan saya..

SAYA BELAJAR, bahwa kesuksesan tidak mungkin saya dapatkan dengan bersantai tanpa adanya kesungguhan dan keseriusan..

SAYA BELAJAR, bahwa kebenaran pasti menang dan kebatilan pasti kalah..

SAYA BELAJAR, bahwa gangguan dalam kehidupan pasti ada, tapi saya tidak boleh menyerah karenanya..

SAYA BELAJAR, bahwa saya harus berani hidup dan berani menghadapi semua resiko kehidupan..

SAYA BELAJAR, bahwa saya harus menjalani dan menyikapi semua problema kehidupan ini dengan dada dan hati yang lapang dan luas seluas samudera dan tegar setegar batu karang..

SAYA BELAJAR, bahwa shalat malam, berdoa dan bermunajat di dalamnya adalah sumber kekuatan dalam menjalani kehidupan ini..

SAYA BELAJAR, bahwa saya tidak dapat memaksa orang lain mencintai saya, tapi saya harus dapat melakukan kebaikan untuk orang lain..

SAYA BELAJAR, bahwa persahabatan sejati senantiasa bertumbuh walau dipisahkan oleh jarak yang jauh, beberapa di antaranya melahirkan cinta sejati..

SAYA BELAJAR, bahwa cinta sejati adalah upaya dan usaha untuk memberikan yang terbaik kepada orang yang kita cintai..

SAYA BELAJAR, bahwa cinta sejati dan abadi adalah cinta Allah dan cinta karena Allah…

SAYA BELAJAR, bahwa cinta adalah urusan hati yang tidak bisa direkayasa..

SAYA BELAJAR, bahwa cinta tidak berarti harus memiliki..

SAYA BELAJAR, bahwa cinta adalah berbagi, memberi dan menerima..

SAYA BELAJAR, bahwa cinta adalah kesetiaan dan kepercayaan..

SAYA BELAJAR, bahwa kata-kata manis disertai kerelaan adalah saat perpisahan dengan orang yang saya cintai ..

SAYA BELAJAR, bahwa sebaik-baik sahabat pasti pernah melukai perasaan saya, dan untuk itu saya harus memaafkannya ..

SAYA BELAJAR, bahwa lingkungan dapat mempengaruhi pribadi saya, dan saya harus bertanggung jawab terhadap apa yang telah saya lakukan ..

SAYA BELAJAR, bahwa jika seseorang tidak menunjukkan perhatian seperti yang saya harapkan, bukan berarti bahwa dia tidak mencintai saya ..

SAYA BELAJAR, bahwa tidaklah penting apa yang saya miliki, tapi yang penting adalah kontribusi apa yang bisa saya berikan..

SAYA BELAJAR, bahwa saya harus memilih apakah menguasai sikap dan emosi atau sikap dan emosi itu yang menguasai diri saya ..

SAYA BELAJAR, bahwa butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan dan hanya butuh beberapa detik saja untuk menghancurkannya ..

SAYA BELAJAR, bahwa saya harus belajar memaafkan diri sendiri dan orang lain, kalau tidak mau dikuasai perasaan bersedih, kecewa dan gelisah terus menerus ..

SAYA BELAJAR, bahwa dua manusia dapat melihat sebuah benda, tapi kadang dari sudut pandang yang berbeda ..

SAYA BELAJAR, bahwa tidak ada yang instant atau serba cepat di dunia ini, semua butuh proses pertumbuhan, kecuali saya ingin sakit hati dan kecewa ..

SAYA BELAJAR, bahwa saya harus berharap hanya kepada Allah semata karena Allah tidak pernah menyia-nyiakan siapa saja yang berharap kepadaNya, dan bahwa berharap kepada selain Allah hanya akan mendatangkan kekecewaan..

SAYA BELAJAR, bahwa pelajaran bukan hanya diambil dari orang baik, tapi justeru dari orang jahat lebih banyak pelajaran yang saya dapat dengan mengetahui kejahatannya dan meninggalkannya..

SAYA BELAJAR, bahwa saya punya hak untuk marah, tetapi itu bukan berarti saya harus kejam dan berlaku bengis ..

SAYA BELAJAR, bahwa marah yang terpuji adalah marah karena Allah, bertujuan mendidik dan tidak melampaui batas..

SAYA BELAJAR, bahwa saya tidak akan menyia-nyiakan orang-orang yang saya cintai dan saya kasihi dalam kehidupan saya ..

SAYA BELAJAR, bahwa kebahagiaan itu ada dalam hati, jiwa dan ruh, bukan sesuatu yang berada diluar kita..

SAYA BELAJAR, bahwa kebahagiaan hakiki adalah ketika saya menjadi hamba Allah dengan sebenarnya..

SAYA BELAJAR, bahwa kebahagiaan hakiki adalah ketika saya mampu membahagiakan orang lain..

SAYA BELAJAR, bahwa kebahagiaan hakiki adalah ketika hidup saya bermanfaat bagi orang lain..

SAYA BELAJAR, bahwa kebahagian akan saya raih ketika saya selalu bersabar dan bersyukur..

SAYA BELAJAR, bahwa kebahagiaan adalah ketika saya mendapatkan harta yang halal..

SAYA BELAJAR, bahwa kebahagiaan adalah ketika saya merasakan keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah..

SAYA BELAJAR, bahwa kekayaan yang sebenarnya adalah kaya hati, budi dan ilmu…

SAYA BELAJAR, bahwa kesuksesan sebenarnya adalah ketika saya meninggal dunia dalam keadaan husnul khatimah, mampu menjawab pertanyaan di kuburan dengan baik dan benar, selamat dari adzab kubur dan mendapatkan nikmat kubur.. Sedangkan kegagalan sebenarnya adalah kebalikan dari semua itu..

SAYA BELAJAR, bahwa kesuksesan besar adalah ketika saya masuk ke dalam surga dan mendapatkan segala kenikmatannya, yang puncaknya adalah memandang Wajah Allah Yang Maha Mulia dengan mendapatkan ridhaNya dan Dia tidak akan pernah murka lagi kepada saya selamanya..

SAYA BELAJAR, bahwa surga adalah mahal dan harus ada perjuangan dan pengorbanan untuk meraihnya..

SAYA BELAJAR, bahwa fasilitas umur yang disediakan oleh Allah untuk saya adalah sangat terbatas, oleh karena itu HIDUP SAYA HARUS BERMANFAAT!

"Tulisan ini terinspirasikan setelah mendengar kaset ceramah Syaikh Ali Abdul Kholiq Al-Qorni yang berjudul 'HAKADZA 'ALLAMATNIL HAYAH' dan beberapa artikel lain serta Pengalaman Hidup Pribadi"

Baca Selengkapnya ....
Tutorial SEO dan Blog support Online Shop Tas Wanita - Original design by Bamz | Copyright of BLOGANA.